NTT Bisa Jadi Pusat Energi Baru dan Terbarukan Nasional, Segini Potensinya

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Provinsi Nusa Tenggaran Timur (NTT) dinilai siap menjadi salah satu pusat suplai EBT nasional untuk mendukung agenda Asta Cita pemerintah.

Pakar Energi Fredrik L. Benu menilai membeberkan NTT memiliki dua sumber energi strategis yang bisa menopang bauran energi nasional, yakni biomassa dan energi surya serta angin.

“NTT punya potensi besar. Sumba sebagai Sumba Iconic Island dan Timor sebagai Timor Biomass Island,” ujar Fredrik, Kamis (6/11/2025).

Prof Fredrik menegaskan, diversifikasi energi menjadi kunci untuk mencapai target bauran energi 19–23 persen pada 2030 sesuai visi transisi energi dalam program Asta Cita Prabowo–Gibran.

Provinsi NTT, kata dia, sudah memiliki berbagai diversifikasi energi untuk mencapai hal tersebut. “Swasembada energi itu soal kemampuan memasok energi sendiri, tidak bergantung dari luar. Untuk itu, EBT harus didorong serius dan masif,” katanya.

Menurutnya, suplai EBT dari NTT tidak hanya untuk kebutuhan lokal, tetapi juga berpotensi dikirim ke daerah lain seperti Jawa dan Bali. “NTT diharapkan memberi suplai energi baru terbarukan untuk Bali. Bahkan sudah ditawarkan juga untuk Jawa Timur dan Surabaya,” jelasnya.

Fredrik menjelaskan saat ini sejumlah fasilitas PLTU di Timor telah menjalankan program co-firing biomassa dengan menggunakan chip kayu dari tanaman lokal seperti lamtoro dan gamal.

Keduanya memiliki nilai kalor mendekati batubara namun dengan emisi jauh lebih rendah. Selain itu, dengan suplai biomassa dari NTT yang mencapai 20 ton per hari, Prof Fredrik menyebut pemerintah daerah bisa mendapatkan pendapatan daerah tambahan melalui skema perdagangan karbon.

“Dari substitusi batu bara dengan biomassa saja, bisa Rp2,8 miliar per bulan dari carbon trade. Tinggal kita perkuat regulasi daerahnya,” paparnya.

Transisi Energi Hijau

Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik David B. W. Pandie mengatakan, arah kebijakan energi nasional dinilai telah selaras transisi energi hijau dengan mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT).

Menurutnya, target Presiden Prabowo memang ambisius dan optimistis terkait swasembada energi. Namun hal tersebut dinilainya realistis jika didukung strategi yang tepat.

“Menurut saya, kebijakan pemerintah saat ini sudah ke arah yang benar, tapi desain implementasi tahapannya perlu dikomunikasikan secara lebih jelas ke publik, apa yang dilakukan setiap tahap, apa indikator keberhasilannya,” ujar David.

Prof David menjelaskan, ada dua poin penting untuk mendukung swasembada energi yang tengah dikejar oleh pemeritah. Pertama, edukasi soal kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami krisis akibat impor energi dan kebocoran subsidi energi.

Sehingga masyarakat bisa menggunakan energi dengan bijak dan subsidi yang diberikan bisa tepat sasaran. Kedua, menggalang kekuatan perguruan tinggi untuk gencar melakukan riset EBT agar membangun generasi yang peduli dan solider terhadap energi.

“Ilmu kita harus kuat untuk hasilkan EBT sesuai kondisi lokal. Sumber daya manusia dulu yang diperkuat, jadi peran teknologi penting untuk mendorong energi terbarukan lebih cepat. Kalau tidak, transisi akan lama dan tidak berujung,” ucapnya.

Pembangunan EBT

Sebelumnya, hingga semester pertama tahun 2025, Kementerian ESDM melaporkan bahwa bauran EBT dalam bauran energi nasional telah mencapai 16 persen. Nilai ini sedikit di bawah target pemerintah yang menginginkan bauran EBT sebanyak 17-20 persen untuk 2025.

Kementerian ESDM menyatakan optimistis dapat mengejar gap tersebut melalui percepatan pembangunan EBT dan pembangkit terkait.

Dalam realisasinya, pembangkit listrik berbasis EBT mencapai angka 13.155 MW pada tahun 2023 dengan komposisi meliputi; tenaga air sebesar 6.784,2 MW, panas bumi 2.417,7 MW, bioenergi 3.195,4 MW, tenaga surya 573,8 MW, dan tenaga angin 154,3 MW.

Sementara dalam Dokumen Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034 menetapkan target penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW hingga tahun 2034, dengan porsi EBT (termasuk sistem penyimpanan energi) mencapai sekitar 76 persen dari total kapasitas baru. Rinciannya antara lain pembangkit tenaga surya 17,1 GW, tenaga air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, dan bioenergi 0,9 GW.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |