Profil The Ning King, Pendiri Alam Sutera dan Grup Argo Manunggal Meninggal Dunia

9 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka cita datang dari sektor properti. Pendiri grup Argo Manunggal dan Alam Sutera The Ning King meninggal dunia pada usia 94 tahun pada Minggu, 2 November 2025.

Kabar duka cita tersebut disampaikan dalam akun instagram resmi Alam Sutera yakni @alam_sutera_realty, Minggu, 2 November 2025.

"Segenap keluarga besar alam Sutera Group menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Kiranya damai dan terang Kasih Kristus senantiasa menyertai dan memberi penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan,” demikian seperti dikutip dari akun instagram @alam_sutera_realty, Senin (3/11/2025).

The Ning King lahir di Bandung, Jawa Barat pada 1931. Ia memulai karier bisnisnya pada akhir 1940-an sebagai pedagang tekstil di pasar tradisional. Ketekunannya mengantarkan The Ning King mendirikan PT Argo Pantes Tbk perusahaan tekstil yang menjadi cikal bakal Argo Manunggal Group.

Bisnisnya berkembang pesat ke berbagai sektor, mulai dari tekstil, baja ringan, hingga properti. Di bawah bendera Argo Manunggal, grup ini kemudian menaungi sejumlah entitas besar seperti Cakra Steel dan Pantes Gallery.

Tonggak penting karier The Ning King muncul pada awal 1990-an ketika ia bersama keluarganya mendirikan PT Alam Sutera Realty Tbk. Proyek perdananya adalah pengembangan kawasan hunian terpadu Alam Sutera di Serpong, Tangerang.

Konsep kota mandiri yang dikembangkan pada lahan seluas lebih dari 800 hektare ini menjadi pionir dalam pembangunan kawasan terpadu di pinggiran Jakarta. Saat ini, Alam Sutera dikenal sebagai kawasan premium yang menggabungkan hunian, perkantoran, pusat belanja, pendidikan, hingga area hijau.

Melalui ASRI, keluarga The Ning King menjadi pemegang saham pengendali utama. Menurut data MarketScreener, porsi keluarga ini mencapai hampir separuh dari total kepemilikan saham perusahaan.

Dalam daftar Forbes Indonesia beberapa tahun lalu, The Ning King pernah tercatat memiliki kekayaan sekitar USD 450 juta atau setara miliaran rupiah. Selain properti, portofolio bisnisnya juga meluas ke sektor industri baja, agribisnis, dan infrastruktur.

Ia dikenal sebagai sosok visioner yang mampu membaca arah perubahan ekonomi Indonesia dari sektor manufaktur ke properti. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |