Strategi Blue Economy KKP 2025: Budidaya Jadi Tulang Punggung Pemenuhan Protein Nasional

7 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memaparkan capaian kinerja sektor kelautan dan perikanan sepanjang 2025. Di tahun ini, KKP fokus pada pengendalian perikanan tangkap serta percepatan pengembangan perikanan budidaya yang berkelanjutan.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu menjelaskan, tantangan utama sektor perikanan adalah pemenuhan kebutuhan protein nasional di tengah pertumbuhan populasi yang pesat.

Indonesia diproyeksikan memiliki jumlah penduduk lebih dari 300 juta jiwa dalam lima tahun mendatang, sehingga kebutuhan pangan berbasis ikan akan meningkat signifikan.

“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan perikanan tangkap. Penangkapan harus dikendalikan agar ekosistem laut tetap terjaga. Karena itu, perikanan budidaya menjadi tulang punggung pemenuhan kebutuhan protein nasional,” ujar Haeru dikutip Selasa (16/12/2025).

Untuk menjawab tantangan tersebut, KKP menjalankan lima kebijakan utama berbasis blue economy.

  • Pertama, memperkuat kawasan konservasi laut guna menjaga kesehatan ekosistem dan biodiversitas.
  • Kedua, penangkapan ikan terukur berbasis kuota agar pemanfaatan sumber daya ikan tetap berkelanjutan.
  • Ketiga, pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir, dan darat secara berkelanjutan.
  • Keempat, pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
  • Kelima, penguatan gerakan partisipasi nelayan dalam menjaga kebersihan laut, termasuk pengendalian sampah plastik.

Menurut Haeru, filosofi blue economy menempatkan ekonomi sebagai panduan, namun tetap menjadikan kelestarian lingkungan sebagai fondasi utama.

“Kalau laut sehat, biodiversitas akan terjaga. Dari situ kita bisa memanen secara bijak tanpa merusak,” katanya.

Dalam pengembangan perikanan budidaya, KKP memfokuskan kebijakan pada lima komoditas prioritas, yakni udang, rumput laut, ikan nila (tilapia), kepiting, dan lobster.

Kelima komoditas tersebut dipilih karena memiliki pasar yang tersedia, teknologi budidaya yang semakin dikuasai, serta harga yang kompetitif di pasar global.

Secara posisi global, Indonesia saat ini berada di peringkat lima besar produsen dunia untuk beberapa komoditas tersebut. Rumput laut dan tilapia bahkan telah menempati posisi kedua dunia. KKP menargetkan peningkatan produktivitas agar setidaknya satu hingga dua komoditas bisa menjadi “champion” global.

Tujuh Isu Krusial Keberlanjutan

Meski mencatat capaian positif, Haeru mengakui isu keberlanjutan masih menjadi tantangan utama perikanan budidaya. Setidaknya terdapat tujuh isu krusial yang dihadapi, antara lain tata ruang, dinamika ekonomi global, ketahanan pangan (food security), ketertelusuran (traceability), kesejahteraan hewan (animal welfare), praktik budidaya terbaik, serta efisiensi produksi.

Untuk menjawab isu tersebut, KKP menerapkan model intervensi pemerintah (government intervention model) melalui tiga pendekatan utama, yakni pembangunan model budidaya, regionalisasi kawasan budidaya, serta pengembangan kampung perikanan budidaya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |