Tren Bearish Masih Kuat, Harga Emas Berpotensi Uji Support USD 3.910

13 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali melanjutkan tren pelemahannya di pasar global. Logam mulia ini tertekan oleh meningkatnya selera risiko global, seiring munculnya tanda-tanda positif dalam negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Pada perdagangan Selasa (28/10/2025) malam waktu Amerika Utara, harga emas melemah 0,63% dan kini diperdagangkan di kisaran USD 3.955 per troy ounce. Bahkan, harga sempat menyentuh level terendah tiga minggu di bawah USD 3.900.

Tekanan jual pada emas terjadi lantaran investor mulai meninggalkan aset safe haven dan beralih ke pasar saham. Mencairnya ketegangan geopolitik dan meningkatnya optimisme terhadap kesepakatan dagang antara Washington dan Beijing membuat minat terhadap aset pelindung seperti emas otomatis berkurang.

Sentimen positif kian diperkuat setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan optimisme bahwa kesepakatan dagang dengan Tiongkok dapat dicapai dalam beberapa hari mendatang.

Ia dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan bertemu di sela-sela pertemuan tingkat tinggi Asia untuk membahas finalisasi perjanjian dagang tahap awal.

Di sisi lain, pasar kini memusatkan perhatian pada rapat kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan berlangsung pada hari Rabu (29/10/2025) waktu setempat.

Promosi 1

Tren Bearish Emas Masih Kuat, Ini Level Krusial yang Wajib Dicermati

Berdasarkan analisis dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha menilai kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average (MA) saat ini menunjukkan bahwa tren bearish masih mendominasi pergerakan harga emas dunia.

Jika tekanan jual terus berlanjut, Andy memprediksi harga emas berpotensi meluncur ke area USD 3.910, yang menjadi level support penting untuk perdagangan jangka pendek. Level ini menjadi batas krusial yang harus dipertahankan emas.

Namun, apabila harga emas gagal menembus ke bawah USD 3.910 dan terjadi koreksi teknikal, peluang rebound menuju area USD 4.014 masih terbuka.

"Level USD 4.014 menjadi resistance terdekat yang harus ditembus bila emas ingin kembali ke zona aman,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, Rabu (29/10/2025).

Tren emas dalam jangka pendek masih cenderung melemah. Namun, volatilitas berpotensi meningkat menjelang pengumuman kebijakan The Fed.

Selama harga emas belum mampu menembus kembali di atas USD 4.000 secara konsisten, tekanan bearish masih lebih dominan dibandingkan peluang rebound.

Keputusan Suku Bunga The Fed, Mengapa Dampak Bullish Emas Bisa Terbatas?

Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 basis poin (bps) telah mencapai hampir 100%, menurut data dari CME FedWatch Tool. Jika realisasi sesuai dengan ekspektasi pasar, maka suku bunga acuan AS akan turun ke kisaran 3,75%–4,00%.

Ini akan menjadi pemangkasan kedua berturut-turut setelah rapat bulan September.

Secara teori, kebijakan pelonggaran moneter (penurunan suku bunga) adalah katalis positif bagi harga emas karena menurunkan biaya peluang dalam memegang aset tanpa imbal hasil seperti logam mulia.

Namun, Andy Nugraha menilai dampak bullish dari keputusan The Fed kali ini kemungkinan terbatas.

"Ekspektasi pemangkasan suku bunga sudah sepenuhnya dihargai pasar, sehingga reaksi positif emas bisa bersifat sementara,” ujarnya.

Sebagai informasi tambahan, Bank of America baru-baru ini memperbarui proyeksi harga emasnya untuk kuartal keempat menjadi USD 3.800 per ons. Mereka beralasan pasar telah memasuki kondisi jenuh beli setelah reli panjang, dan koreksi harga saat ini dianggap sebagai bagian dari fase konsolidasi alami sebelum potensi pemulihan baru pada akhir tahun.

Di pasar uang, Indeks Dolar AS melemah tipis 0,11% ke posisi 98,68, sementara imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun relatif stabil di 3,981%.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |