Bos BI Beberkan Alasan Pangkas Suku Bunga Jadi 4,75 Persen

2 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengungkap alasan pihaknya kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate pada September 2025 menjadi 4,75 persen.

Menurutnya, kondisi global menjadi salah satu pertimbangan utama, terutama perlambatan ekonomi di berbagai negara mitra dagang utama Indonesia, yakni Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa, hingga Jepang tercatat mengalami pelemahan, kecuali India yang masih mencatat pertumbuhan positif.

"Asesmen bank Indonesia seperti tadi untuk global tentu saja perlambatan ekonomi di berbagai negara termasuk negara mitra dagang utama kita Amerika, Cina, Uni Eropa juga Jepang kecuali untuk India," kata Perry dalam Konferensi Pers RDG September 2025, Rabu (17/9/2025).

Selain itu, Perry menyoroti arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Ia menyebutkan bahwa terdapat probabilitas lebih dari 90 persen The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuannya mulai esok hari Kamis (18/9). Prospek tersebut menjadi dasar kuat bagi BI untuk ikut melonggarkan kebijakan moneternya.

"Paling utama tentu saja fed fund rate turun. Kami memperkirakan dengan probabilitas melebihi 90 persen fed fund rate akan mulai turun besok ya, Sebagai salah satu pertimbangan yang kita lakukan dalam keputusan penurunan BI rate pada hari ini," jelas Perry.

Indeks Dolar Amerika Serikat

Lebih lanjut, indeks dolar Amerika Serikat (DXY) yang relatif stabil bahkan cenderung melemah turut memperkuat posisi rupiah. Kondisi ini dipandang akan mendukung stabilitas nilai tukar nasional ke depan.

"Juga kami melihat indeks mata uang dolar terhadap mata uang dunia DXY maupun juga Asia gitu ternyata cenderung stabil dan bahkan ada kecenderungannya untuk melemah dan itu akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," katanya.

Menurutnya, dengan mempertimbangkan dinamika global tersebut, BI menilai penurunan suku bunga akan memberi ruang lebih besar bagi perekonomian domestik untuk tumbuh, sembari tetap menjaga keseimbangan eksternal.

Faktor Stabilitas Inflasi dan Pertumbuhan Domestik

Selain faktor global, Perry menekankan bahwa kondisi domestik juga menjadi dasar keputusan BI. Inflasi yang terkendali memberi ruang bagi kebijakan moneter yang lebih longgar.

"Dari sisi domestik tentu saja kita bersyukur inflasi terkendali dan juga tentu saja pertumbuhan ekonomi yang baik tentu saja kita ingin lebih baik oleh karena itu kenapa bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan pemerintah baik fiskal maupun kebijakan sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," jelas Perry.

Lebin lanjut, Perry menegaskan bahwa kebijakan moneter BI saat ini sepenuhnya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan (pro-growth) tanpa mengabaikan stabilitas.

Sejak September tahun lalu, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali. Dengan keputusan terbaru, BI Rate kini berada di level 4,75 persen.

"Oleh karena itu, dari sisi bank Indonesia melalui sinergitas. Jadi, kebijakan kami di bank Indonesia telah all out untuk pro-growth dengan tetap menjaga stabilitas," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |