Harga Minyak Dunia Lebih Murah, Ini Penyebabnya

4 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena para pedagang mempertimbangkan soal kemungkinan pembicaraan antara Rusia, Ukraina dan AS untuk mengakhiri perang di Ukraina dapat menyebabkan pencabutan sanksi terhadap minyak mentah Rusia, sehingga meningkatkan pasokan minyak global.

Dikutip dari CNBC, Rabu (20/8/2025), harga minyak mentah Brent turun 81 sen atau 1,22%, dan ditutup pada harga USD 65,79 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,07 atau 1,69%, dan ditutup pada USD 62,35 per barel.

Setelah pertemuan di Gedung Putih pada hari Senin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan sekutu Eropa, Presiden AS Donald Trump mengumumkan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump mengatakan pengaturan sedang dilakukan untuk pertemuan antara Putin dan Zelenskiy, yang dapat mengarah pada pertemuan puncak trilateral yang melibatkan ketiga pemimpin.

“Harga minyak sebagian besar merespons hasil pertemuan terbaru antara Trump-Putin dan Trump-Zelenskiy, dan meskipun tampaknya belum ada kesepakatan damai atau gencatan senjata yang akan segera terjadi, telah ada beberapa kemajuan yang dicapai,” ujar Kepala Analis Energi DBS Bank Suvro Sarkar.

“Kemungkinan eskalasi lebih lanjut atau intensifikasi sanksi terhadap Rusia dari AS atau Eropa mungkin tidak akan terjadi untuk saat ini," ungkap dia.

Sikap Trump Melunak

Sarkar juga mencatat bahwa sikap Trump yang melunak terhadap sanksi sekunder yang menargetkan importir minyak Rusia telah mengurangi risiko gangguan pasokan global dan sedikit meredakan ketegangan geopolitik.

Zelenskiy menyebut pembicaraannya dengan Trump “sangat baik” dan mencatat adanya diskusi tentang jaminan keamanan AS untuk Ukraina. Trump mengonfirmasi bahwa AS akan memberikan jaminan tersebut, meskipun tingkat dukungannya masih belum jelas.

Trump telah mendesak agar perang paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun segera diakhiri, tetapi Kyiv dan sekutunya khawatir ia mungkin berusaha memaksakan kesepakatan berdasarkan persyaratan Rusia.

“Hasil yang menunjukkan penurunan ketegangan dan penghapusan ancaman tarif atau sanksi sekunder akan membuat harga minyak bergerak lebih rendah menuju target rata-rata kami sebesar USD 58 per barel pada kuartal IV-25/Q1-26,” ujar Kepala Strategi Komoditas di TD Securities Bart Melek.

Harga Minyak Menguat Usai Pertemuan Trump–Zelenskyy, Pasar Cermati Isu Pasokan

Harga minyak dunia kembali naik pada penutupan perdagangan Senin. Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Washington, hanya beberapa hari setelah pertemuan puncak AS–Rusia di Alaska yang berakhir tanpa kesepakatan jelas.

Mengutip CNBC, Selasa (19/8/2025), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup menguat USD 0,75 atau 1,14% menjadi USD 66,60 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik USD 0,62 atau 0,99% ke USD 63,42 per barel.

Namun, jika dihitung secara mingguan, harga Brent masih tercatat turun 1,1% dan WTI melemah 1,7%.

Trump dan Zelenskyy bertemu untuk mencari jalan damai mengakhiri perang yang disebut sebagai konflik paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun terakhir. Pertemuan itu diikuti dengan perhatian investor terhadap kemungkinan dampak pada pasokan energi global, baik dari sisi sanksi maupun peluang rekonsiliasi politik.

“Pasar minyak belum sepenuhnya memperhitungkan potensi ‘dividen perdamaian’ yang bisa menekan harga minyak dan gas di Eropa lebih jauh,” kata Kepala analis komoditas Saxo Bank Ole Hansen.

Trump sendiri dalam pertemuan tersebut meminta Ukraina untuk tidak lagi berharap merebut kembali Krimea atau bergabung dengan NATO. Sikap ini dinilai lebih dekat dengan posisi Moskow.  Hal tersebut sejalan dengan hasil KTT Alaska bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

Ketegangan Baru dari Pernyataan AS

Di sisi lain, isu pasokan energi kembali menguat setelah penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, menyoroti peran India dalam perdagangan minyak Rusia. Ia menilai, pembelian minyak mentah Rusia oleh India justru membantu Moskow membiayai perang di Ukraina.

“India bertindak sebagai lembaga kliring global untuk minyak Rusia, mengubah minyak mentah yang diembargo menjadi produk ekspor bernilai tinggi, sekaligus memberikan dolar yang sangat dibutuhkan Moskow,” ujar Navarro.

Pernyataan ini memicu minat beli di pasar minyak.

“Komentar tajam dari penasihat AS mengenai impor minyak Rusia oleh India, ditambah penundaan pembicaraan dagang, kembali menyalakan kekhawatiran bahwa arus energi masih terhambat oleh ketegangan perdagangan dan diplomasi, meskipun prospek perdamaian Ukraina terlihat lebih positif,” kata analis pasar senior Phillip Nova Priyanka Sachdeva.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |