Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo Subianto bersyukur Indonesia dikaruniai komoditas critical mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), yang diklaim jadi kunci penting bagi kehidupan modern.
Logam tanah jarang atau merupakan sekelompok 17 unsur kimia yang dapat ditemukan pada kondisi geologi yang unik. Menurut catatan BRIN, potensi pemanfaatan dari REE ini sangat luas, contoh magnet permanen untuk mobil listrik dan turbin angin, monitor LED, handphone, laptop, kamera, kulkas, lampu LED, bahkan earphone, kacamata dan sepeda listrik.
Indonesia disebut punya cukup banyak kandungan LTJ dengan nilai sangat tinggi di beberapa wilayah, seperti Bangka Belitung dan Mamuju, Sulawesi Barat.
Lantas, keuntungan apa yang bisa didapat Indonesia dengan memiliki potensi sumber daya logam tanah jarang?
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi tak memungkiri, bahwa secara geologis Indonesia diberkahi keuntungan berupa logam tanah jarang. Sayangnya, keuntungan ekonomi daripadanya belum bisa dibuktikan, lantaran pemerintah maupun investor belum pernah melakukan eksplorasi terkait itu di Tanah Air.
"Karena secara teknis itu juga sulit dalam melakukan eksplorasi. Hingga sampai kita merdeka 80 tahun ini, kita belum pernah memanfaatkan logam tanah jarang tadi," kata Fahmy Radhi kepada Liputan6.com, dikutip Selasa (19/8/2025).
Bersifat Komponen Pendukung
Menurut dia, komoditas mineral itu punya beberapa keuntungan sebagai komponen produk, semisal untuk telepon genggam alias handphone. Namun dalam konteks ini, logam tanah jarang hanya berfungsi sebagai komponen pendukung, bukan komponen utama.
"Nah, tapi kalau itu digunakan pun juga tidak begitu banyak komponen yang digunakan tadi. Karena eksplorasinya itu sulit, butuh suatu teknologi dan butuh investasi yang besar tadi. Hingga masih jarang itu dieksplorasi," ungkapnya.
"Beda dengan nikel misalnya, itu kan komponen utama. Tapi untuk tanah jarang tadi itu hanya sebagai bagian dari suatu produk tadi. Bahkan yang digunakan itu, itu juga tidak mempengaruhi kualitas produk, artinya ada substitusi lain yang bisa digunakan," kata dia seraya memberikan contoh.
Senjata China Nego Amerika Serikat
Di sisi lain, China telah memakai logam tanah jarang sebagai salah satu alat negosiasi untuk merundingkan ketentuan tarif impor oleh Amerika Serikat. Fahmy menilai, itu jadi salah satu bentuk strategi China untuk lebih melakukan eksplorasi terhadap LTJ.
Khususnya di Indonesia yang secara geologis punya keuntungan, tapi belum terbukti secara ekonomis.
"Amerika sebagai suatu negara industri yang menghasilkan berbagai produk memang dia membutuhkan komponen dari logam tanah jarang tadi. Sehingga itu ditawarkan, barangkali sekaligus menarik apakah Amerika tertarik untuk melakukan eksplorasi di Indonesia. Itu konteksnya kali ya," tuturnya.
Ini Daerah yang Kaya Logam Tanah Jarang di Indonesia
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto memperlihatkan potensi Logam Tanah Jarang (LTJ) yang dimiliki Indonesia. Sebagai komoditas mineral yang banyak diperebutkan oleh berbagai negara.
Logam Tanah Jarang atau Rare Earth Elements (REE) merupakan sekelompok 17 unsur kimia yang dapat ditemukan pada kondisi geologi yang unik. Menurut catatan BRIN, potensi pemanfaatan dari REE ini sangat luas, contoh magnet permanen untuk mobil listrik dan turbin angin, monitor LED, handphone, laptop, kamera, kulkas, lampu LED, bahkan earphone, kacamata dan sepeda listrik.
Brian mengungkapkan, Indonesia punya cukup banyak kandungan LTJ dengan nilai sangat tinggi di beberapa wilayah, seperti Bangka Belitung dan Mamuju, Sulawesi Barat.
"Di beberapa by product atau produk samping dari pengolahan mineral yang saat ini ada, seperti di Bangka Belitung, Mamuju, Sulawesi itu juga mengandung banyak," ungkap Brian dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2026, dikutip Senin (18/8/2025).
Menurut dia, beberapa perguruan tinggi telah melakukan penelitian untuk menghitung cadangan Logam Tanah Jarang di Indonesia. Penelitian itu juga dilakukan untuk mengkaji proses pemurnian terhadap komoditas mineral tersebut.
Dikatakan Brian, proses pemurnian LTJ membutuhkan teknologi tinggi. Beberapa negara pun telah pasang mata pada LTJ. Semisal China, yang menjadikan komoditas tersebut sebagai salah satu senjata untuk bernegosiasi tarif dengan Amerika Serikat.
"Dan kita ternyata punya cukup banyak. Harapannya, penelitian di berbagai perguruan tinggi kita bisa lakukan percepatan hilirisasi. Sehingga LTJ bisa kita murnikan dan menjadi komoditas yang bisa menambah pendapatan negara," tuturnya.