Aturan Baru Trump Soal Biaya Visa Rp 1,6 Miliar Bikin Panik Big Tech

1 month ago 46

Liputan6.com, Jakarta - Pada Jumat malam lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana mengejutkan: memberlakukan biaya visa H-1B sebesar USD 100.000 atau kurang lebih Rp 1,66 miliar (estimasi kurs Rp 16.500 per USD). Visa H-1B ini adalah visa untuk para pekerja profesional untuk bisa bekerja di AS.  

Keputusan ini langsung mengguncang perusahaan-perusahaan teknologi besar dan pemerintah asing, yang program tenaga kerjanya sangat bergantung pada visa ini.

Dikutip dari CNBC pada Selasa, (23/9/2025),  pejabat Gedung Putih menjelaskan bahwa biaya ini hanya berlaku untuk pemohon visa H-1B yang baru, bukan untuk perpanjangan atau pemegang visa saat ini. Aturan baru ini akan mulai berlaku pada siklus pengajuan visa yang akan datang, namun tidak berlaku bagi pemenang pengajuan tahun 2025.

Gedung Putih juga mengklarifikasi bahwa biaya USD 100.000 ini bukan biaya tahunan, meluruskan laporan yang sempat beredar.

Keputusan ini dianggap sebagai pukulan telak bagi perusahaan-perusahaan di sektor teknologi dan keuangan yang sangat mengandalkan tenaga ahli dari luar negeri, terutama India dan Tiongkok.

Reaksi Cepat Big Tech

Pengumuman ini memicu kepanikan di sejumlah perusahaan teknologi dan keuangan raksasa:

  • Amazon: Tim imigrasi Amazon menyarankan para pemegang visa H-1B dan H-4 untuk tetap berada di AS. Bagi yang sedang di luar negeri, mereka diminta kembali sebelum pukul 12.01 pagi waktu setempat pada 21 September.
  • JPMorgan Chase: Firma hukum perusahaan mengirim memo internal, meminta pemegang visa H-1B untuk tetap di AS dan menghindari perjalanan internasional sampai ada panduan lebih lanjut.
  • Goldman Sachs: Perusahaan ini juga menyarankan karyawannya yang memegang visa H-1B untuk berhati-hati saat bepergian ke luar negeri, berdasarkan panduan dari firma imigrasi Fragomen.
  • Microsoft: Laporan menyebutkan Microsoft telah memberikan nasihat serupa, memperingatkan bahwa perjalanan internasional dapat membahayakan status imigrasi mereka.

Langkah Agresif Trump dan Imbasnya

Langkah ini menjadi tindakan paling agresif dari pemerintahan Trump dalam membatasi imigrasi legal. Sejak menjabat, Trump memang gencar melakukan pengetatan, tetapi pengumuman Jumat lalu menjadi upaya paling signifikan untuk menekan visa kerja.

Berdasarkan data hingga akhir Juni, Amazon mempekerjakan lebih dari 14.000 pemegang visa H-1B. Sementara itu, Microsoft, Meta, Apple, dan Google masing-masing memiliki lebih dari 4.000 visa tersebut, masuk dalam daftar 10 penerima visa H-1B terbanyak pada tahun fiskal 2025.

Juru bicara Gedung Putih, Taylor Rogers, mengatakan kepada CNBC bahwa keputusan ini diambil untuk mengutamakan pekerja Amerika, dan mencegah perusahaan menyalahgunakan sistem dan menekan upah.

Pengumuman ini tidak hanya berdampak di AS, tetapi juga di luar negeri.

Kementerian Luar Negeri India menyatakan sedang mengkaji pembatasan visa tersebut dan dampaknya. Mereka menekankan bahwa baik industri India maupun AS memiliki kepentingan bersama dalam menjaga daya saing di bidang inovasi.

Mereka juga menyoroti potensi "konsekuensi kemanusiaan" akibat kekacauan yang akan dialami oleh keluarga.

"Langkah ini kemungkinan akan memiliki konsekuensi kemanusiaan melalui gangguan yang ditimbulkan bagi keluarga. Pemerintah berharap gangguan ini dapat ditangani secara layak oleh pihak berwenang AS," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri India.

Selain India, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan juga menyatakan sedang menilai implikasi kebijakan ini bagi perusahaan dan pekerja ahli mereka.

Berikut adalah 10 besar penerima visa H-1B berdasarkan data Q1-Q3 2025:

 Sebagai informasi, berikut adalah daftar 100 perusahaan di AS yang menjadi penerima visa H-1B terbanyak pada tahun fiskal 2025.

  • Amazon: Menduduki peringkat teratas dengan jumlah visa terbanyak, yaitu 14.365.
  • Tata Consultancy Services: Berada di posisi kedua dengan 5.505 visa.
  • Microsoft: Mengikuti di belakangnya dengan total 5.189 visa.
  • Meta: Mendapatkan 5.123 visa.
  • Apple: Tercatat memiliki 4.202 visa.
  • Google: Menerima 4.181 visa.
  • Cognizant Technology Solutions U.S.: Berjumlah 2.493 visa.
  • JPMorgan Chase: Mendapat 2.440 visa.
  • Walmart: Tercatat memiliki 2.390 visa.
  • Deloitte: Berjumlah 2.353 visa.
Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |