Cek Rincian Harga Batu Bara Acuan Peirode Juni 2025

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk penjualan batu bara periode pertama Juni 2025 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) sebesar USD 100,97 per ton. Harga batu bara acuan ini susut USD 9,41 dibandingkan HBA periode sebelumnya USD 110,38 per ton.

Harga tersebut telah ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 197.K/MB.01/MEM.B/2025. Demikian mengutip dari laman esdm.go.id, Kamis (5/6/2025).

Apabila dibandingkan dengan Harga Batu Bara Acuan bulan yang sama pada 2024 yaitu HBA Juni 2024 sebesar USD 123 per ton (year on year), HBA periode pertama bulan Juni 2025 turun signifikan sebesar USD22,03 per ton atau turun 17,91%.

"HBA periode pertama Juni 2025 digunakan sebagai dasar perhitungan Harga Patokan Batu bara (HPB) untuk periode pertama Juni 2025 untuk batubara dengan kalori lebih besar dari 6.000 kcal/kg GAR,” demikian seperti dikutip.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 72 Tahun 2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batubara, nilai HBA Periode Kedua bulan berjalan merupakan rata-rata tertimbang volume harga jual batu bara pada titik serah dalam kesetaraan spesifikasi HBA dengan rentang sampel 6.100-6.500 kcal/kg GAR transaksi penjualan batubara untuk pembayaran royalti pada aplikasi e-PNBP Minerba pada tanggal pengapalan minggu kedua dua bulan sebelumnya sampai dengan minggu pertama bulan sebelumnya.

4 Jenis HBA

Dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 72 Tahun 2025 tersebut dijelaskan saat ini terdapat empat jenis HBA berdasarkan nilai kalori batu bara, yaitu HBA untuk kesetaraan nilai kalori 6.322 kcal/kg GAR, HBA I untuk kesetaraan nilai kalori 5.300 kcal/kg GAR, HBA II untuk kesetaraan nilai kalori 4.100 kcal/kg GAR, dan HBA III untuk kesetaraan nilai kalori 3.400 kcal/kg GAR.

Berdasarkan HBA selanjutnya dihitung Harga Patokan Batubara (HPB) yang dipengaruhi kualitas batubara, yaitu nilai kalor batubara, kandungan air, kandungan sulphur, dan kandungan abu.

Nilai HBA, HBA I, HBA II, dan HBA III untuk periode pertama Juni 2025 yang berlaku untuk 1 Juni sampai dengan 14 Juni 2025 adalah sebagai berikut:

1. HBA (6.322 GAR): USD100,97 per ton (turun 8,53% dibandingkan HBA Periode Kedua Mei 2025)

2. HBA I (5.300 GAR): USD77,59 per ton (naik 1,27% dibandingkan HBA Periode Kedua Mei 2025)

3. HBA II (4.100 GAR): USD50,08 per ton (turun 0,99% dibandingkan HBA Periode Kedua Mei 2025)

4. HBA III (3.400 GAR): USD35,47 per ton. (SF)

Bahlil soal Masa Depan Sumber Energi RI: Batu Bara Bukan Barang Haram

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, target memasang 6,3 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru hingga 2034. Proyeksi ini tertuang dalam Rencana Penyediaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.

Melalui RUPTL tersebut, Kementerian ESDM memasang angka 69,5 GW untuk penyediaan ketenagalistrikan. Namun, hanya sekitar 16,6 GW yang berasal dari pembangkit bertenaga fosil, termasuk PLTU batu bara.

Bahlil tak malu mengakui jika suplai listrik dari batu bara masih diperlukan. Pasalnya, negara Uni Eropa yang telah banyak mendengungkan pemakaian energi hijau kini masih banyak bergantung pada sumber fosil tersebut.

"Dan batu bara 6,3 GW, di Eropa aja masih ada pakai batu bara kok. Di Turki masih banyak pake batubara. Kita aja yang terlalu kekinian," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025).

Harga Terjangkau

Menurut dia, penambahan kapasitas energi listrik dari batu bara tidak jadi persoalan. Selama memang masih dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, dengan harga relatif lebih terjangkau.

"Jadi jangan dipersepsikan kalau batu bara itu haram gitu loh. Jangan membedakan antara batu bara dengan ini (energi baru terbarukan/EBT), enggak. Jadi mau ditambah pun enggak papa, kalau memang negara itu butuhkan," tegas Bahlil.

Bahlil menilai, pemakaian batu bara sebagai sumber kelistrikan saat ini pun bisa lebih ramah lingkungan, dengan bantuan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, alias carbon capture and storage (CCS).

Dengan penerapan CCS, ia menyebut emisi hasil pembakaran PLTU batu bara bisa ditekan secara signifikan. Ia pun mengklaimnya sebagai pemakaian batu bara bersih.

"Dengan perkembangan teknologi, batu bara ke depan akan menjadi yang namanya batu bara bersih. Jadi, kita itu jangan mau diadu-adu gitu loh. Jangan barang kita tuh seolah-olah kotor, supaya impor barang bersih yang mahal-mahal," tuturnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |