Jerome Powell Buka-bukaan Alasan Fed Pangkas Bunga, Ternyata Bukan karena Inflasi

1 month ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan kondisi pasar tenaga kerja yang melemah menjadi alasan utama di balik keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan suku bunga acuannya pada minggu lalu.

Pemangkasan pertama suku bunga yang dilakukan oleh Komite Pasar Terbuka Federal pada tahun ini dilakukan di maraknya tanda-tanda bahwa pasokan dan pemintaan pekerja sedang mengalami penurunan dan di saat yang sama dampak jangka pendek dari tarif telah mendorong inflasi yang jauh lebih tinggi.

Dalam pidato di hadapan para pemimpin bisnis di Providence, Rhode Island, Selasa (23/9/2025), Powell mengatakan pelemahan baik dari sisi permintaan maupun suplai tenaga kerja kini lebih mengkhawatirkan dibanding inflasi yang masih bertahan tinggi akibat dampak tarif impor.

“Risiko inflasi jangka pendek condong ke sisi kenaikan, sementara risiko terhadap lapangan kerja condong ke sisi penurunan — situasi yang menantang,” ujarnya dikutip dari CNBC, Rabu (24/9/2025).

“Ini mengakibatkan risiko dua sisi yang berarti tidak ada jalur tanpa risiko,” tambah Powell.

Situasi Mirip Stagflasi

Kondisi yang digambarkan Powell mencerminkan situasi menyerupai stagflasi, yakni saat pertumbuhan ekonomi melambat tetapi inflasi tetap tinggi. Meski tidak separah yang terjadi pada 1970– awal1980-an, Powell mengakui kondisi ini menjadi tantangan kebijakan bagi The Fed.

Ia menekankan kebijakan saat ini masih “moderat restriktif” dan memberi ruang yang nyaman untuk merespons perkembangan ekonomi. Namun, ia juga membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga tambahan jika dianggap perlu.

“Meningkatnya risiko penurunan lapangan kerja telah menggeser keseimbangan risiko dalam mencapai tujuan kami,” ujarnya. “Sikap kebijakan ini, yang saya lihat masih cukup restriktif, menempatkan kami pada posisi yang baik untuk merespons potensi perkembangan ekonomi.”

Pernyataan Powell membuat pasar saham bergerak turun. Dalam sesi tanya jawab, ia menyinggung valuasi aset yang menurutnya “cukup tinggi.”

Pasar Tenaga Kerja Melemah, Inflasi Masih Tinggi

Powell menyoroti perlambatan tajam di pasar tenaga kerja. Ia mencatat terdapat “perlambatan yang nyata” dalam permintaan dan penawaran. ”Di pasar tenaga kerja yang kurang stabil dan cenderung melemah ini, risiko penurunan lapangan kerja mengalami peningkatan,” ujarnya.

Data menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja rata-rata kurang dari 30.000 per bulan sepanjang musim panas. Revisi data juga mengungkap hampir 1 juta lapangan kerja lebih sedikit tercipta dalam 12 bulan sebelum Maret 2025.

Sementara itu, inflasi telah melandai signifikan dari puncaknya pada 2022, namun masih di atas target 2 persen The Fed. Powell menyebut data Departemen Perdagangan yang akan dirilis Jumat kemungkinan menunjukkan inflasi konsumsi pribadi naik 2,7 persen secara tahunan (untuk semua barang) dan 2,9 persen tanpa memperhitungkan pangan dan energi.

Faktor ketidakpastian lain datang dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Meski masih dalam proses negosiasi dengan mitra dagang utama, tenggat penting dengan China akan tiba pada awal November. Ekonom The Fed saat ini menilai dampak tarif hanya bersifat sementara, meski Powell mengingatkan potensi perubahan.

“Ketidakpastian jalur inflasi tetap tinggi. Kami akan memastikan kenaikan harga satu kali ini tidak berkembang menjadi masalah inflasi berkepanjangan,” jelasnya.

Perbedaan Pandangan di Internal The Fed

Powell memimpin The Fed yang telah menerima kritik keras dari Gedung Putih dan mengalami perbedaan pandangan yang luar biasa luas di antara para pejabat.

Keputusan FOMC kali ini diambil dengan suara tipis, terpaut tipis yaitu 10-9, antara pemangkasan satu atau dua kali lagi tahun ini. Beberapa pejabat, termasuk Stephen Miran, mendorong langkah lebih agresif. Namun masa jabatannya sebagai gubernur The Fed akan berakhir Januari mendatang.

Sementara itu, Gubernur Michelle, Bowman, mengingatkan bahaya jika The Fed bergerak terlalu lambat menghadapi pelemahan tenaga kerja. “Kita berisiko sudah tertinggal dalam merespons kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk,” katanya.

Bowman menilai ada potensi pasar tenaga kerja masuk fase genting. “Risiko guncangan bisa membuat kondisi memburuk secara tiba-tiba dan signifikan,” tambahnya.

Bowman berharap pemangkasan bunga kali ini menjadi “langkah awal” menuju tingkat suku bunga netral. Powell sendiri masih enggan memastikan arah kebijakan selanjutnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |