Kisah Bos LPS Selamatkan Bank dan Dana Nasabah saat Pandemi Covid-19

1 month ago 34

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, mengisahkan tentang keberhasilan perbankan bertahan selama pandemi COVID-19. Saat itu, tidak ada nasabah yang menarik dananya secara masif.

Menurutnya, sikap ini berbeda dengan krisis moneter 1998, di mana nasabah berbondong-bondong menarik dananya dan menyebabkan 16 bank tutup.

"Tahun 2020 itu luar biasa, karena saya sudah di LPS. Waktu ekonomi goyang karena COVID, tidak ada bank yang tutup dan tidak ada orang yang panik ke bank untuk menarik uangnya," ungkap Purbaya dalam acara LPS Financial Festival 2025, Kamis (7/8/2025).

Menurut Purbaya, hal ini terjadi karena kehadiran LPS yang menjamin dana nasabah hingga Rp2 miliar tetap aman di bank. Alhasil, masyarakat tidak perlu mengambil tindakan sendiri untuk mengamankan dananya.

"Karena mereka tahu ada LPS yang menjamin uang mereka sampai Rp2 miliar per nasabah per bank," tuturnya.

Purbaya menegaskan bahwa LPS membentuk sistem agar bisa siap menghadapi gangguan ekonomi. "Dalam keadaan normal seperti sekarang, tugas kami adalah mempromosikan kepada bapak-bapak, ibu-ibu, teman-teman, dan generasi muda bahwa uangnya di bank aman Rp2 miliar per nasabah per bank. Jadi, Rp2 miliar per nasabah per bank aman. Lebih bagus dibanding ditaruh di bawah bantal, saya pikir," tandasnya.

AS Tiru Cara LPS dalam Edukasi Keuangan ke Masyarakat

Di lain kesempatan, Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa otoritas Amerika Serikat (AS) meniru cara lembaganya dalam melakukan edukasi keuangan kepada masyarakat. Hal ini menandakan LPS sebagai lembaga yang disegani.

Purbaya mengawali kisahnya dengan menceritakan awal mula LPS dibentuk untuk menjamin simpanan masyarakat. Setelah 20 tahun berjalan, ternyata Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) AS meniru cara LPS dalam mempromosikan penjaminan simpanan ke masyarakat.

"Jangan dikira kita hanya belajar dari Amerika. Di bawah pimpinan saya, LPS sudah makin gagah. Sekarang apa? Amerika belajar dari kita, Pak. Bagaimana cara kita mempromosikan ke masyarakat, ternyata ditiru sama FDIC Amerika," kata Purbaya dalam LPS Financial Festival 2025, Kamis (7/8/2025).

Bos LPS Beri Saran

Ia menjelaskan bahwa dalam sebuah konferensi internasional, Purbaya ditanya mengenai strategi mempromosikan penjaminan simpanan ke masyarakat. Ternyata, tidak berselang lama FDIC AS menggunakan saran yang dibagikannya.

"Mereka tanya sama saya, 'Gimana caranya?' Saya ajari, saya kasih presentasinya, dia tiru dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jadi kami sudah disegani di dunia," tegasnya.

Padahal, kata Purbaya, jauh sebelum itu Indonesia belajar ke AS tentang perlunya lembaga yang bisa menjamin simpanan masyarakat, menyusul penarikan dana besar-besaran saat krisis moneter 1998.

"Ada juga pemenang nobel yang bilang bahwa kalau ada lembaga seperti LPS, FDIC, Federal Deposit Insurance Corporation, maka bank run akan semakin sedikit terjadi. Jadi kita meniru Amerika membuat FDIC versi Indonesia yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan yang berdiri di tahun 2005," tuturnya.

Indonesia Diuntungkan Kesepakatan Tarif Trump

Purbaya Yudhi Sadewa juga mengatakan bahwa kesepakatan tarif resiprokal dari Amerika Serikat bisa menguntungkan Indonesia. Barang asal AS akan lebih murah di pasar nasional, sementara produk RI bisa bersaing di AS.

Purbaya mengatakan tarif 19% untuk produk RI dan 0% untuk produk AS bukan suatu masalah. Ada dua hal yang ia soroti: pertama, perbedaan produk ekspor RI ke AS dengan produk impor dari AS; kedua, harga barang dari AS menjadi lebih murah di Tanah Air.

"Barang-barangnya beda. Barang-barang yang dari Amerika ekspor ke sini, kita tidak bisa produksi. Jadi, yang di sana kita bandingkan dengan negara lain, yang di sini kita bandingkan dengan produksi kita. Sama tidak dengan Amerika? Kelihatannya beda," ungkap Purbaya dalam LPS Financial Festival 2025, Kamis (7/8/2025).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |