KPR Masih jadi Andalan Beli Rumah, Tapi Pertumbuhannya Seret

1 month ago 30

Liputan6.com, Jakarta Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi cara utama masyarakat Indonesia dalam membeli rumah. Berdasarkan data Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, sebesar 73,06% pembelian rumah primer pada triwulan II 2025 dilakukan melalui skema KPR.

"Dari sisi konsumen, sebagian besar pembelian rumah primer dilakukan melalui KPR dengan pangsa sebesar 73,06%," Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso, dalam laporan SUrvei Harga Properti Residensial Bank Indonesia, Jumat (8/8/2025).

Lebih lanjut, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan sementara sisanya menggunakan pembayaran tunai bertahap (17,75%) dan tunai langsung (9,19%).

Meskipun KPR masih mendominasi, tren pertumbuhannya mulai melambat. Secara tahunan, nilai KPR hanya tumbuh 7,81% (yoy) pada triwulan II 2025, turun dari 9,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun permintaan masih ada, pertumbuhan tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya.

"Pada triwulan II 2025, total nilai KPR secara tahunan tumbuh sebesar 7,81% (yoy), melambat dibandingkan 9,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya," ujarnya.

Secara triwulanan, perlambatan lebih terasa. Pertumbuhan nilai KPR hanya mencapai 1,32% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan 2,54% (qtq) pada triwulan I 2025.

Suku Bunga dan Uang Muka Jadi Kendala Utama Konsumen

Dari sisi konsumen, dua tantangan utama dalam pengajuan KPR adalah tingginya suku bunga dan uang muka yang memberatkan. Berdasarkan survei BI, 15% responden mengeluhkan suku bunga KPR yang masih tinggi, sedangkan 11,38% lainnya menyebut proporsi uang muka sebagai hambatan.

"Berdasarkan hasil survei, penghambat utama pengembangan dan penjualan properti residensial primer meliputi kenaikan harga bahan bangunan (19,97%), masalah perizinan/birokrasi (15,13%), suku bunga KPR (15,00%), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (11,38%), dan perpajakan (8,66%)," ujarnya.

Kondisi ini membuat banyak calon pembeli ragu untuk mengajukan kredit, meskipun memiliki kebutuhan tempat tinggal. Terutama bagi generasi muda dan pasangan muda, uang muka yang besar bisa menjadi tembok penghalang untuk masuk ke pasar perumahan.

Harga Properti Residensial Triwulan II 2025

Adapun Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia menunjukkan harga properti residensial di pasar primer tumbuh terbatas.

Hal ini tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2025 yang secara tahunan tumbuh sebesar 0,90% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 1,07% (yoy) pada triwulan I 2025.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan kenaikan harga rumah keil dan besar, yang masing-masing tumbuh sebesar 1,04% (yoy) dan 0,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan 1,39% (yoy) dan 0,97% (yoy) pada triwulan I 2025.

"Sementara itu, harga rumah tipe menengah mengalami peningkatan dari 1,14% (yoy) menjadi 1,25% (yoy) pada triwulan Il 2025," ujarnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |