Miliarder Termuda Lucy Guo Anggap Kuliah Itu Penting, Ini Alasannya

1 month ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha muda asal California, Lucy Guo memilih jalan berbeda dari kebanyakan orang. Sama seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg, Guo memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah.

Meski begitu, ia kini tercatat sebagai miliarder termuda dengan status self-made versi Forbes. Saat ini, total kekayaan yang dimilikinya mencapai USD 1,25 miliar atau sekitar Rp 20,82 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.657). Demikian seperti dikutip dari CNBC, Selasa (23/9/2025).

Status tersebut ia peroleh setelah perusahaan pertamanya, Scale AI, diakuisisi oleh Meta dengan valuasi nilai mencapai USD 29 miliar atau Rp 482,98 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.654). Scale AI dikenal sebagai perusahaan penyedia data untuk pengembangan kecerdasan buatan.

Saat ini, Guo merupakan pendiri dari platform monetisasi kreator konten bernama Passes, yang ia luncurkan pada 2022. Dalam wawancara dengan CNBC Make It, ia mengaku tidak menamatkan pendidikannya di bangku kuliah.

Guo pernah mempelajari ilmu komputer dan teknologi interaksi digital di Carnegie Mellon University, Pennsylvania.

Pukulan bagi Orangtua Lucy Guo

Namun, ia memutuskan berhenti setelah dua tahun, padahal saat itu ia hanya perlu menyelesaikan satu tahun terakhir dengan delapan mata kuliah untuk lulus. Keputusan ini menjadi pukulan besar bagi orangtuanya yang merupakan imigran asal China.

"Orangtua saya sudah mengorbankan segalanya untuk pindah dari Tiongkok ke Amerika demi memberikan masa depan yang lebih baik. Karena pendidikan telah memberi mereka segalanya dalam hidup, keputusan saya untuk berhenti di tahap-tahap terakhir terasa seperti tamparan bagi mereka,” ujarnya.

Alih-alih melanjutkan kuliahnya, Guo lebih memilih untuk mengejar Thiel Fellowship, program yang digagas miliarder sekaligus salah satu pendiri PayPal, Peter Thiel. Program tersebut menawarkan dana sebesar USD 200.000 bagi anak muda untuk membangun perusahaan inovatif.

Kuliah Tetap Hal Penting

"Saya rasa orangtua menganggap keputusan itu sebagai bentuk rasa tidak sayang saya terhadap mereka. Padahal sebenarnya saya hanya ingin percaya pada diri sendiri dan memilih jalan yang menurut saya lebih baik untuk masa depan,” kata Guo.

Meski putus kuliah, Guo yang kini berstatus sebagai miliarder muda, tetap menilai bangku kuliah merupakan hal yang penting dan memiliki banyak manfaat.

Kesempatan Membangun Relasi

Menurut Lucy, salah satu manfaat terbesar dari bangku perkuliahan adalah besarnya kesempatan untuk membangun jaringan pertemanan dan relasi. Menurut dia, hal ini sangat berharga bagi pendiri-pendiri perusahaan seperti dirinya.

“Saran saya untuk semua orang, satu sampai dua tahun kuliah ternyata adalah hal yang luar biasa penting. Karena di masa itulah, kalian akan bertemu banyak orang pintar dengan talenta terbaik,” ujar Guo.

"Hampir semua orang yang berkuliah memiliki tujuan untuk bertemu orang baru.”

Jaringan Relasi di Bangku Kuliah

Ia menjelaskan, sulit untuk menemukan lingkungan lain berisi orang-orang cerdas yang masih terbuka dan mau menjalin pertemanan.

“Ketika kamu mulai bekerja di perusahaan baru, tidak semua rekan kerja akan menjadi temanmu, karena mereka mungkin sudah punya lingkaran pertemanan sendiri. Kamu akan sedikit kesulitan jika tidak pernah kuliah dan langsung pindah ke sebuah kota, kamu memang bisa datang ke berbagai acara untuk berkenalan, dan kadang berhasil. Tapi sekali lagi, tidak semua orang di sana benar-benar ingin mencari teman," Lucy menambahkan. 

Kandidat Karyawan di Masa Depan

Lucy Guo menilai, aset paling berharga sebuah perusahaan terletak pada orang-orang yang bekerja di dalamnya. Menurut dia, jaringan relasi di bangku kuliah bisa menjadi sumber terbaik untuk dijadikan karyawan di masa depan.

Mengenal Teman Kuliah yang Pintar

“Pastikan kamu mengenal teman-teman kuliahmu yang paling pintar, dan benar-benar berteman dengan mereka. Menurut saya, tempat terbaik untuk melakukan hal itu adalah di kampus,” kata Guo.

Ia menambahkan, “Saya bahkan tidak bisa memikirkan tempat lain dengan jumlah orang pintar yang setinggi itu, dan di bangku kuliah kemungkinan besar kamu akan bertemu calon karyawanmu di masa depan.”

Jaringan pertemanan ini, lanjut Guo, akan sangat bermanfaat karena sejak awal kita sudah memiliki banyak orang bertalenta yang bisa diajak bergabung.

Tips Bangun Perusahaan

Selain itu, Guo mengatakan, teman-temannya yang selama dua tahun mengikuti program Thiel Fellowship juga sangat memotivasinya untuk sukses sebagai pengusaha.

“Kamu menjadi bagian dari komunitas yang menganggap bahwa membangun perusahaan unicorn adalah hal yang biasa. Untuk bisa membangun perusahaan, kamu harus sedikit ‘gila’. Kamu harus cukup percaya diri sampai merasa punya peluang untuk menciptakan perusahaan bernilai miliaran dolar AS. Keyakinan itu lebih mudah terbentuk ketika kamu dikelilingi orang-orang yang pernah melakukannya.Menurut saya, itulah keistimewaan San Francisco dan Thiel Fellowship,” ujar dia.

Program Thiel Fellowship sendiri sudah melahirkan banyak pendiri perusahaan unicorn, atau startup dengan valuasi nilai lebih dari USD 1 miliar atau Rp 16,6 triliun. Beberapa di antaranya adalah Vitalik Buterin dengan Ethereum, Dylan Field dengan Figma, dan Ritesh Agarwal dengan Oyo Rooms.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |