OECD Revisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Naik jadi 4,9% pada 2025, Ini Penopangnya

1 month ago 44

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 menjadi naik.

Berdasarkan laporan berjudul OECD Economic Outlook – Interim Report September 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 4,9 persen pada 2025.

Dibandingkan laporan sebelumnya pada Juni 2025, proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun 2025 mengalami revisi naik sebesar 0,2 poin persentase, dari 4,7 persen menjadi 4,9 persen.

Kenaikan ini mencerminkan keyakinan perekonomian domestik mampu menghadapi tekanan global dengan lebih baik dari perkiraan awal.

"Pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dan investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9 persen yang diproyeksikan untuk tahun 2025 dan 2026," tulis laporan OECD, Rabu (24/9/2025).

Dalam laporan tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 5,0 persen, angka yang menempatkan Indonesia di jajaran negara dengan ekspansi cukup tinggi, sejajar dengan China dan hanya sedikit di bawah India.

Memasuki 2025, ekonomi Indonesia diproyeksi tumbuh 4,9 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan tren global di mana banyak negara maju dan berkembang diperkirakan menghadapi tekanan dari ketidakpastian eksternal, termasuk perlambatan perdagangan dunia dan kebijakan moneter yang ketat.

Proyeksi Pertumbuhan RI 2026

Adapun pada 2026, laju pertumbuhan Indonesia diprediksi tetap stabil di 4,9 persen, menunjukkan ketahanan ekonomi nasional.

Meski tidak meningkat, konsistensi pertumbuhan di level hampir 5 persen memperlihatkan fondasi ekonomi domestik yang relatif kuat, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan maupun G20 yang cenderung menurun.

Secara keseluruhan, Indonesia dipandang mampu menjaga momentum pertumbuhan jangka menengah berkat konsumsi domestik yang besar, dukungan kebijakan fiskal, serta keberlanjutan program hilirisasi dan transformasi ekonomi. Dengan stabilitas pertumbuhan ini, Indonesia tetap menjadi salah satu motor penting di kawasan Asia dan G20.

OECD Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Turun jadi 4,7% pada 2025, Ini Penyebabnya

Sebelumnya, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% pada 2025, dan kembali meningkat menjadi 4,8% pada 2026.

Pertumbuhan ekonomi itu lebih rendah dari prediksi Maret 2025 yakni sebesar 4,9% pada 2025 dan 5,05 pada 2026. Dalam laporan OECD menyebutkan, sentimen bisnis yang melemah dan konsumen baru-baru ini di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan investasi swasta pada semester I 2025.

"Ketika kondisi keuangan berangsur-angsur mereda, inflasi tetap nyaman dalam kisaran target bank sentral dan pengeluaran investasi publik dari dana kekayaan negara atau sovereign wealth fund baru mendapatkan momentum, permintaan domestik akan meningkat bertahap selama paruh kedua 2025 dan 2026,” demikian seperti dikutip dari laporan OECD, Kamis (5/6/2025).

Ketegangan Perdagangan Global

Selain itu, OECD melihat meningkatnya ketegangan perdagangan global baru-baru ini dan penurunan harga komoditas akan membebani permintaan eksternal dan pendapatan ekspor.

OECD juga prediksi, inflasi akan meningkat secara bertahap ke titik tengah kisaran target bank sentral. Hal ini seiring diskon tarif listrik pada awal 2025 memudar dan depresiasi mata uang baru-baru ini secara bertahap mempengaruhi harga domestik.

Inflasi inti tetap mendekati titik tengah kisaran target bank sentral sebesar 1,5%-3,5% dan harapan inflasi stabil. Adapun inflasi telah turun sekitar 6% pada paruh kedua 20222 menjadi 2% pada April 2025, seiring pengetatan kebijakan moneter, normalisasi harga pangan dan komoditas serta diskon tarif listrik pada Januari-Februari 2025.

"Penghapusan diskon dan depresiasi mata uang sekitar 4 persen relatif terhadap dolar AS sejak awal tahun akan memberikan tekanan ke atas pada harga dalam waktu dekat,” demikian seperti dikutip.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |