Prediksi Harga Emas 2 Juni 2025, Siap-Siap Melesat

1 day ago 14

Liputan6.com, Jakarta Harga emas global memasuki awal Juni 2025 dengan kondisi pasar yang masih bergejolak. Pada perdagangan terakhir, harga emas tercatat berada di level USD 3.292,81 per ons, turun hampir 2% dalam sepekan terakhir.

Namun secara bulanan, logam mulia ini tetap mencatatkan kenaikan tipis dan memperpanjang tren positif selama lima bulan berturut-turut.

Kendati begitu, volatilitas tetap tinggi. Sepanjang Mei, fluktuasi harga emas mencapai USD 324,90 per ons, turun dari rekor bulan April sebesar USD 539,50.

Masih Tren Positif

Namun angka tersebut masih jauh di atas rata-rata historis selama 20 tahun terakhir yang hanya sekitar USD 89. Para analis melihat kondisi ini sebagai cerminan dari ketidakpastian ekonomi dan kebijakan fiskal di Amerika Serikat.

Dikutip dari Kitco, Minggu (1/6/2025), Chantelle Schieven, Kepala Riset di Capitalight Research, menyebut bahwa volatilitas tersebut mencerminkan kekacauan kebijakan ekonomi AS.

Ia menyatakan, “Pasar emas saat ini sedang menunggu arah kebijakan selanjutnya. Gejolak ini tidak mengejutkan, justru menggambarkan ketidakpastian besar dari kebijakan Presiden Trump.”

Inflasi dan Ketegangan Dagang Jadi Penggerak Utama

Faktor ekonomi makro lainnya yang turut membentuk harga emas adalah data inflasi AS. Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (Core PCE), indikator inflasi utama yang dipantau Federal Reserve, tercatat naik 2,5% dalam 12 bulan terakhir—sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang direvisi ke angka 2,7%. Namun, ekspektasi inflasi ke depan masih tinggi, berada di atas 6%.

Menurut Eugenia Mykuliak, Pendiri B2PRIME Group, lonjakan harga emas hingga hampir 60% sejak awal 2024 didorong oleh kombinasi ketidakpastian makroekonomi dan ketegangan geopolitik. Ia menambahkan bahwa risiko stagflasi akibat kebijakan fiskal dan tarif masih menjadi ancaman utama dalam waktu dekat.

Di sisi lain, keputusan panel hakim federal AS yang membatalkan tarif impor baru dari Presiden Trump justru menambah ketidakpastian. Ketidakjelasan arah kebijakan perdagangan ini membuat investor tetap waspada dan enggan melakukan aksi beli besar-besaran.

Emas Tetap Diincar Sebagai Aset Safe Haven

Meski harga emas belum menunjukkan tanda-tanda akan menembus kembali level tertinggi USD 3.500 per ons, banyak analis meyakini bahwa daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai tetap kuat. Ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan tarif, serta prospek ekonomi global yang suram menjadikan emas sebagai aset pilihan di tengah kondisi tak menentu.

Thu Lan Nguyen, Kepala Riset Komoditas di Commerzbank, menilai bahwa konflik dagang masih jauh dari selesai. “Trump bisa saja mencari celah hukum baru untuk memberlakukan tarif lain. Itu artinya ketidakpastian akan terus berlangsung,” ujarnya.

Sementara Ricardo Evangelista dari ActivTrades menyimpulkan bahwa selama ketidakpastian makroekonomi masih tinggi, harga emas akan terus mendapat dukungan kuat, terutama di kisaran USD 3.300 per ons. “Saat ini belum ada alasan kuat untuk harga emas turun tajam. Emas tetap jadi instrumen pelindung nilai yang diandalkan,” pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |