Sri Mulyani: RI Terbitkan Sukuk Hijau hingga Rp185,6 Triliun

23 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat bahwa total penerbitan obligasi hijau syariah atau green sukuk Indonesia telah mencapai Rp 185,6 triliun hingga saat ini.

“Total penerbitan kita telah mencapai USD 6,6 miliar secara global dan Rp 78,8 triliun secara domestik,” kata Sri Mulyani dalam kegiatan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (12/6/2025).

Dia menyebut, Indonesia menempati urutan teratas di dunia yang menerbitkan green sukuk. Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia mulai menerbitkan sukuk hijau pada 2018 dan secara konsisten melanjutkan penerbitan di tahun-tahun berikutnya.

Selain penerbitan sukuk hijau global dan ritel domestik, Pemerintah juga mengembangkan instrumen domestic wholesale green sukuk.

Total penerbitan sukuk ini mencapai Rp 21,03 triliun yang merupakan akumulasi dari tahun 2022, dengan rincian Rp 4,75 triliun pada 2022, Rp7,28 triliun pada 2023, Rp6 triliun pada 2024, dan Rp3 triliun pada tahun ini.

Sri Mulyani mengatakan, penerbitan instrumen ini merupakan salah satu cara pemerintah memenuhi kebutuhan anggaran pembangunan melalui partisipasi swasta.

Sri Mulyani: Butuh Rp 10.000 T Bangun Infrastruktur, Modal Negara Hanya 40%

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa total kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia untuk 2025-2029 diperkirakan mencapai USD 625,37 miliar atau sekiyar Rp10,000 triliun.

Namun, Menkeu mencatat, anggaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur hanya sekitar 40%.

Dengan demikian, anggaran pemerintah hanya mampu memenuhi USD 250,15 miliar atau sekitar Rp4.065 triliun.

"Total kebutuhan investasi infrastruktur untuk periode 2025 hingga 2029 diperkirakan sekitar USD 625 miliar, anggaran pemerintah yang digabungkan dengan anggaran pemerintah daerah mencakup sekitar 40%" kata Sri Mulyani.

Dibutuhkan Partisipasi Swasta

Karena kondisi tersebut, Sri Mulyani mengingatkan, Indonesia berisiko mengalami kesenjangan pendanaan.

Karena itu, dibutuhkan partisipasi dari sektor swasta dan dukungan dari banyak mitra untuk memungkinkan sumber pendanaan yang luas.

Sri Mulyani juga menyoroti, tantangan domestik terjadi di tengah meningkatnya tekanan global, yang saat ini dihadapi situasi geopolitik di beberapa kawasan.

"Dunia saat ini penuh dengan ketegangan geopolitik yang terus-menerus, yang mengakibatkan fragmentasi dan ketidakstabilan di seluruh negara dan kawasan, prospek ekonomi global tidak bagus," ucap Sri Mulyani.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |