Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Rupiah (IDR) mengalami penurunan di awal pekan pada Senin, 26 Mei 2025. Rupiah ditutup melemah 31 poin terhadap Dolar AS (USD) pada penutupan perdagangan Senin (26/5).
Rupiah sebelumnya sempat menguat 45 point di level 16.249 dari penutupan sebelumnya di level 16.217 per dolar AS.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Tupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.240 - Rp16.300,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (26/5/2025).
USD menguat ketika penjualan obligasi pemerintah AS yang terus-menerus, karena pasar tetap waspada terhadap kesehatan fiskal AS yang memburuk dan meningkatnya tingkat utang.
Sentimen The Fed
Pejabat Federal Reserve juga memperingatkan risiko stagflasi dari kebijakan tarif impor pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pejabat The Fed juga menyampingkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi.
Penundaan Tarif Impor AS
Sementara itu, Trump memutuskan untuk menunda tarif 50% terhadap negara-negara Uni Eropa hingga awal Juli 2025, dengan mengutip dialog positif dengan kepala UE Ursula Von Der Leyen.
“Meskipun pengumuman Trump pada hari Minggu memang memberikan sedikit kelegaan bagi pasar, namun para pedagang terlihat tetap tidak yakin atas kebijakan Presiden AS,” beber Ibrahim.
Batas waktu Trump pada tanggal 9 Juli juga berlaku untuk rencana tarif menyeluruh terhadap mitra dagang utama AS, yang sekarang berlomba-lomba untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan Washington.
Rupiah Catat Performa Terbaik se-ASEAN
Bank Indonesia (BI) mencatat, Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 2,6 persen hingga 26 Mei 2025, di antara mata uang Asia.
“Kita lihat bahwa Indonesia Rupiah sampai dengan tanggal 26 itu mengalami penguata 2,6 persen. Kemudian di atasnya Indonesia ada Baht Thailand yang menguat 2,95 persen, (Ringgit) Malaysia menguat 2,64 persen. Di bawah Indonesia ada Singapura menguat 1,9 persen. Kemudian Filipina menguat 1,03 persen,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, kepada media di Kantor BI, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).
Kinerja positif rupiah ini menempatkannya sebagai salah satu mata uang dengan performa terbaik di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu, pelemahan tercatat terjadi pada mata uang India dan dolar Hongkong.
Smart Intervention jadi Jurus BI Pertahankan Nilai Tukar Rupiah
Denny lebih lanjut mengungkapkan bahwa salah satu strategi andalan BI saat ini adalah kebijakan smart intervention, yaitu melalui intervensi cermat dan terukur yang difokuskan pada pasar non-deliverable forward (NDF) dan pasar offshore.
Denny mengungkapkan, pendekatan ini mulai menunjukkan hasil yang positif.
“BI akan all out untuk membuat rupiah itu lebih stabil, dan tentunya BI sudah akan mengoptimalkan instrumen yang ada, melakukan intervensi di pasar offshore, melakukan intervensi di pasar sport, pasar DNDF, dan juga apabila diperlukan BI akan melakukan transaksi, terutama pembelian di pasar SBN di dalam negeri,” ungkap Denny.
“Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu ya. Karena memang sama-sama kita ketahui, sebagaimana juga dengan pendapat atau pandangan dari Pak Gubernur, bahwa perkembangan global masih tidak pasti,” jelasnya.