Penetrasi Asuransi Indonesia Kalah Jauh Dibanding Malaysia dan Singapura

1 week ago 15

Liputan6.com, Jakarta Menangkap Peluang di Tengah Tantangan Industri Asuransi Jiwa Syariah Tanah Air Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu, baik secara global maupun di Tanah Air, peran proteksi kesehatan dan jiwa menjadi semakin penting untuk menjadi jaring pengaman (safety net) bagi setiap individu, guna melindungi diri dan keluarga dari berbagai risiko kesehatan, jiwa dan finansial.

Sayangnya, jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki proteksi masih sedikit apabila dibandingkan dengan berbagai negara lain. Menurut data dari OJK, per September 2024, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia mencapai 2,8%.

Angka ini masih relatif lebih kecil dibandingkan beberapa negara lainnya pada 2023, seperti Malaysia (4,8%), Jepang (7,1%), dan Singapura (11,4%). Hal ini tentunya memberikan peluang besar bagi industri asuransi jiwa Tanah Air untuk terus memperluas akses dan mendorong penetrasi asuransi, termasuk pelaku industri asuransi jiwa berbasis syariah. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, yakni 245 juta atau 87% dari total populasi Indonesia.

Didukung dengan bonus demografi atau jumlah usia produktif yang mendominasi hampir 70% dari total penduduk Indonesia, hal ini menghadirkan potensi besar untuk pasar asuransi jiwa dan kesehatan berbasis syariah, apalagi jika disertai edukasi literasi keuangan yang mumpuni.

Sebagai pemimpin di industri asuransi jiwa syariah di Indonesia, Prudential Syariah melihat adanya tren positif terhadap minat dan permintaan untuk asuransi jiwa dan kesehatan berbasis syariah.

Berdasarkan Laporan Kinerja Industri Asuransi Jiwa 2024 oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)2, total pendapatan kontribusi industri asuransi jiwa syariah naik 11% menjadi Rp22,1 triliun pada 2024. Total aset asuransi jiwa syariah juga meningkat menjadi Rp32,3 triliun pada 2024, dari Rp31,7 triliun pada 2023.

Menurut Direktur Prudential Syariah Herwin Bustaman, tren positif ini disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, seperti peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Data SNLIK 2025 oleh OJK menemukan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia semakin meningkat.

Indeks literasi keuangan syariah pada 2025 mencapai 43,4% (meningkat dari 39% pada tahun 2024), dan tingkat inklusi keuangan syariah pada 2025 mencapai 13,41% (meningkat dari 9% tahun 20243).

“Prudential Syariah optimis melihat tren positif minat produk asuransi berbasis syariah di Indonesia," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (21/5/2025).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |